SOAL PENDAHULUAN
1.
Sebutkan
perbedaan dari perangkat – perangkat berikut :
a.
Router
b.
Switch
c.
Hub
2.
Sebutkan
maksud dari istilah – istilah berikut :
a.
Subnet
b.
Subnetting
c.
Routing
d.
DMZ
e.
Static
Routing
f.
Dynamic
Routing
g.
Metric
h.
Network
class
i.
Ipv4
j.
Ipv6
3.
Jelaskan
perbedaan antara 2 hal dibawah ini jika ditinjau dari sisi penggunaan IP :
a.
Public
network
b.
Private
network
4.
Berikut
terdapat sejumlah host pada suatu subnet. Pada masing – masing poin berikanlah
perhitungan range IP dan besar alokasi subnet serta berdasarkan perhitungan itu
tuliskan NID, IP gateway, alokasi IP untuk host, netmask, broadcast :
a.
342
host
b.
256
host
c.
999
host
d.
25
host
e.
2
host
5.
Sebutkan
apa yang dimaksud dengan metode perhitungan subnet:
a.
CIDR
b.
VLSM
c.
Supernetting
6.
Apakah
berbedaan antara :
a.
Static
routing
b.
Dynamic
routing
7.
Tuliskan
contoh berserta penejelasan mengenai sytax – sytax yang terkait dengan static
routing pada linux.
JAWABAN
SOAL PENDAHULUAN
1.
a.
Router
Dibandingkan dengan Switch dan Hub, router memiliki tugas
yang berbeda yaitu menghubungkan antara jaringan – jaringan yang berbeda. Untuk
setiap paket yang masuk ke dalam router, router akan menentukan ke jaringan
mana paket tersebut akan diteruskan sesuai dengan alamat yang tertera dalam header
paket tersebut.
b.
Switch
Switch bertugas untuk meneruskan paket yang diterima hanya
kepada host tujuan. Switch bekerja dengan collision domain yang berbeda untuk
setiap portnya. Dengan demikian, dua host yang terhubung pada dua port yang
berbeda dapat mentransfer data dan menerima data dalam waktu yang bersamaan.
Misalnya host A mengirim paket data ke host B, maka host B juga dapat mengirim
paket data ke host A dalam waktu yang bersamaan.
c.
Hub
Digunakan untuk menghubungkan banyak host dan menyatukannya
sehingga menjadi sebuah segmen jaringan. Hub menyebarkan (broadcast) semua lalu lintas data dalam jaringan, sehingga setiap
host akan menerima banyak paket dan harus membuang semua yang tidak berhubungan
dengan host tersebut. Selain itu, karena sifatnya yang menggabungkan semua host
menjadi sebuah segmen jaringan membuat jaringan yang menggunakan hub mudah
untuk disadap (sniffing).
2.
a.
Subnet
Sebuah subnet adalah sebuah pembagian secara logis dari IP.
Subnet digunakan administrator jaringan untuk mempartisi jaringan menjadi beberapa
bagian yang sifatnya logikal.
b.
Subnetting
Subnetting adalah sebuah kegiatan untuk membagi pengalamatan
jaringan menjadi beberapa jaringan – jaringan.
c.
Routing
Routing adalah kegiatan untuk mengarahkan sebuah transfer
paket data dari satu jaringan ke jaringan lain yang merupakan tujuan dari paket
data tersebut.
d.
DMZ
DMZ adalah sebuah sub jaringan yang dikhususkan untuk
terbuka / dapat di akses dari luar, misalnya akses dari internet. Dengan DMZ,
administrator jaringan memisahkan jaringan mana yang dapat diakses dari luar
dan mana yang tidak diperbolehkan (private).
e.
Static
Routing
Static routing adalah sebuah konfigurasi routing yang
diberikan kepada router agar router meneruskan packet data yang diterima sesuai
dengan konfigurasi yang sudah diberikan pada tabel routing.
f.
Dynamic
Routing
Dynamic Routing adalah konfigurasi routing yang tidak tetap,
tapi berdasarkan karakteristik dari tujuannya. Dynamic routing mengharuskan
router mempelajari paket data dan menentukan rute mana yang terbaik agar paket
tersebut sampai ke tujuannya.
g.
Metric
Metric adalah sebuah properti yang digunakan oleh protocol
routing untuk membedakan antara sebuah rute dengan rute yang lainnya. Dengan
adanya metric, router dapat mengambil rute terbaik sesuai dengan property –
property yang menjadi acuan. Metric dapat berupa banyaknya hop yang dilakukan,
besarnya bandwidth, besarnya utilisasi link, delay, throughput, dan lain lain.
h.
Network
Class
Terdapat 5 kelas yang dapat digunakan dalam jaringan.
Kelas A
Bit pertama dari octet pertama harus 0, sehingga rangenya
adalah 1 – 127. Octet pertama ini merupakan network ID. Karena network ID tidak
boleh memiliki semua bitnya 0 atau 1, maka 127 dihilangkan dari range tersebut,
sehingga hanya tersisa 126 network ID yang saat ini sudah digunakan 126 organisasi
di seluruh dunia.
Kelas B
Dua bit pertama dari octet pertama harus 10, sehingga
rangenya adalah 128 – 191. Dengan memanfaatkan subnet mask, semua network ID
pada range ini dapat digunakan oleh siapa saja.
Kelas C
Tiga bit pertama dari octet pertama harus 110, sehingga
rangenya adalah 192 – 223. Dengan memanfaatkan subnet mask pada 3 oktet awal,
maka network ID jaringan ini dapat digunakan oleh siapa saja.
Kelas D
IP pada kelas ini hanya digunakan dalam kasus khusus yang
membutuhkan multicast, seperti streaming. Oleh karena itu, kelas ini tidak
dapat digunakan secara umum.
Kelas E
Kelas ini juga digunakan dalam kasus khusus yaitu riset yang
dilakukan oleh Internet Research Task Force sehingga tidak dapat digunakan
secara umum.
Kelas ini dikonfigurasikan dengan octet pertama di set 110,
sehingga memiliki nilai dari 192 – 223.
i.
IPv4
Internet Protocol version 4 adalah versi keempat dari
pengembangan Internet Protocol dan yang paling banyak digunakan sekarang. IPv4
menggunakan alamat 32 – bit, sehingga memungkinkan hingga 232 alamat
yang dapat digunakan.
j.
IPv6
Internet Protocol version 6 adalah revisi terkini dari
pengembangan Internet Protocol. IPv6 dikembangkan dengan tujuan
mengatasi masalah habisnya alamat IPv4 yang masih tersedia. IPv6 menggunakan
almaat 128 – bit sehingga memungkinkan ada 2128 alamat atau sekitar
3.4 x 1038. Selain pengalamatan yang lebih banyak, IPv6 menawarkan
fitur – fitur dan keamanan yang lebih baik.
3.
a.
Public
Network
Sebuah host dikatakan berada dalam jaringan public jika IP
yang digunakan diluar dari salah satu dari range alamat – alamat IP berikut
10.0.0.0
- 10.255.255.255
172.16.0.0
– 172.31.255.255
192.168.0.0
– 192.168.255.255
b.
Private
Network
Sesuai dengan standar yang sudah ada, sebuah host dikatakan
berada dalam jaringan privat jika menggunakan salah satu dari alamat – alamat
IP berikut
10.0.0.0
- 10.255.255.255
172.16.0.0
– 172.31.255.255
192.168.0.0
– 192.168.255.255
4.
a.
342
host
29 – 2 > 342
Netmask = 32 – 9 = /23 = 255.255.254.0
Network Address : 192.168.1.0
Gateway : 192.168.1.1
Range : 192.168.1.2 – 192.168.2.87
Broadcast : 192.168.2.255
b.
256
host
256
host = 258 ip
28
– 2 > 256
Netmask
= 32 – 8 = /24 = 255.255.255.0
Network
Address : 192.168.3.0
Gateway
: 192.168.3.1
Range
: 192.168.3.2 – 192.168.4.1
Broadcast
: 192.168.4.255
c.
999
host
210
– 2 > 999
netmask
= 32 – 10 = /22 = 255.255.252.0
Network
Address: 192.168.0.0
Gateway:
192.168.0.1
Range
IP host: 192.168.0.2 – 192.168.3.235
Broadcast
: 192.168.3.255
d.
25
host
25
- 2 > 27
Netmask
= 32 – 5 = /27 = 255.255.255.224
Network
Address : 192.168.5.0
Gateway
: 192.168.5.1
Range
: 192.168.5.2 – 192.168.5.26
Broadcast
: 192.168.5.255
e.
2
host
22
- 2 = 2
Netmask
= 32 – 2 = /30 = 255.255.255.252
Network
Address : 192.168.6.0
Gateway
: 192.168.6.1
Range
: 192.168.6.2 – 192.168.6.3
Broadcast
: 192.168.6.255
5.
a.
CIDR
Perhatikan contoh berikut
192.30.250.00/18
Tanda /18 menyatkan subnet mask bahwa 18 bit pertama dari 32
bit alamat tersebut adalah network ID, menyisakan 14 bit sisanya dapat
digunakan sebagai alamat host.
b.
VLSM
Subnetting dengan VLSM memaksimalkan penghematan dari bit
yang dapat digunakan. Perhatikan contoh kasus berikut. Misalnya, dibutuhkan
sebuah jaringan untuk menampung 1000 host dan 500 host.
Nilai pangkat 2 yang paling mendekati 1000 adalah 1024 (210)
sehingga subnet masknya adalah 32 – 10 = 22 / 255.255.252.0
IP rangenya adalah 255.255.255.255 – 255.255.252.0 =
0.0.3.255
IP broadcastnya adalah 172.16.0.0 + 0.0.3.255 = 172.16.3.255
Berikutnya untuk jaringan 500 host.
Nilai pangkat 2 yang paling mendekati 500 adalah 512 (29)
sehingga subnet masknya adalah 255.255.254.0
IP rangenya adalah 255.255.255.255 – 255.255.254.0 =
0.0.1.255
Karena 172.16.3 sudah digunakan sebagai subnet sebelumnya,
maka sekarang digunakan subnet 172.16.3 + 0.0.1, sehingga IP broadcastnya
adalah 172.16.4.0 + 0.0.1.255 = 172.16.5.255
c.
Supernetting
Supernetting adalah proses kebalikan dari subnetting, yaitu
menyederhanakan beberapa network menjadi satu network besar. Perhatikan contoh
berikut.
Ada dua alamat jaringan yang akan kita jadikan 1 supernet
yaitu 66.100.50.0 dan 66.100.50.32. Perhatikan bit – bit kedua jaringan
tersebut
66.100.50.0 = 0100000010.01100100.00110010.00000000
66.100.50.32 = 0100000010.01100100.00110010.00100000
Setelah diamati, ternyata 24 bit pertama dari kedua alamat
jaringan tersebut adalah sama, sehingga kita dapat menggunakan /24 sebagai
subnet mask dari supernet yang akan dibuat.
6.
Static
routing mengharuskan router untuk menerapkan rute pada suatu paket data sesuai
dengan tabel routing yang sudah ditentukan. Setelah dimasukkan ke dalam tabel,
rute ini tidak akan berubah – ubah. Hal ini tentu mengakibatkan masalah apabila
rute yang digunakan tidak valid / tujuannya tidak aktif dalam jaringan. Dynamic
routing memungkinkan router untuk mempelajari sendiri rute yang terbaik yang
akan diterapkan untuk meneruskan suatu paket data. Router tidak akan menyimpan
tabel routing, tapi akan dikonfigurasi bagaimana router mempelajari paket
sehingga dapat menentukan sendiri rute yang dilalui oleh paket tersebut.
7.
Untuk melihat isi dari routing table
ip
route show
Untuk menambahkan rute pada
salah satu interface, edit /etc/network/interfaces, tambahkan baris berikut
pada interface yang diinginkan
post-up
route add –net 192.168.1.0 netmask 255.255.255.0 gw 192.168.1.254
JAWABAN SOAL SHIFT
Subnetting dilakukan dengan CIDR. Berikut adalah topologi yang
digunakan.
Karena menggunakan CIDR, subnetting dimulai dari subnet yang
memiliki jumlah host yang paling banyak. Urutan proses subnetting adalah
taman_bungkul, kebun_bibit, plaza_surabaya, sutos, tp, gm. Setiap hubungan
antar router adalah sebuah subnet juga.
taman bungkul -> stasiun gubeng 527 host
210 – 2 > 527
Netmask: /22 255.255.252.0
Gateway: 192.168.0.2
IP: 192.168.0.2 - 192.168.0.254
192.168.1.1 - 192.168.0.254
192.168.2.1 - 192.168.2.20
kebun bibit -> balai kota 177 host
28 – 2 > 177
Netmask: /24 255.255.255.0
Gateway: 192.168.3.1
IP: 192.168.3.2 - 192.168.3.178
plaza surabaya -> monkasel 64 host
27 – 2 > 64
Netmask: /25 255.255.255.128
Gateway: 192.168.4.1
IP: 192.168.4.2 - 192.168.4.65
sutos -> siola 40 host
/26
26 – 2 > 40
Netmask: /26 255.255.255.192
Gateway : 192.168.5.1
IP: 192.168.5.2 - 192.168.5.41
siola -> balai_kota
22 – 2 > 1
Netmask: /30 255.255.255.252
Gateway: 192.168.6.1
IP: 192.168.6.2
balai_kota -> monkasel
22 – 2 > 1
Netmask: /30 255.255.255.252
Gateway: 192.168.7.1
IP: 192.168.7.2
server0 -> ampel
22 – 2 > 1
Netmask: /29 255.255.255.248
Gateway: 192.168.8.1
IP: 192.168.8.2
server1 -> ampel
22 – 2 > 1
Netmask: /29 255.255.255.248
Gateway: 192.168.9.1
IP: 192.168.9.2
stasiun_gubeng -> monkasel
22 – 2 > 1
Netmask: /30 255.255.255.252
Gateway: 192.168.10.1
IP: 192.168.10.2
ampel-> tugu pahlawan
22 – 2 > 1
Netmask: /30 255.255.255.252
Gateway: 192.168.11.1
IP: 192.168.11.2
monkasel -> tugu pahlawan /30
22 – 2 > 1
Netmask: /30 255.255.255.252
Gateway: 192.168.12.1
IP: 192.168.12.2
0 comments:
Post a Comment